Indra Karya sasar bisnis air dari hulu ke hilir

Jakarta (ANTARA News) — Perusahaan konsultan di bidang konstruksi bendungan milik BUMN, PT Indra Karya (Persero), akan menyasar bisnis air dari hulu ke hilir. Menurut Direktur Utama PT Indra Karya (Persero) Milfan Rantawi, sebelumnya Indra Karya fokus pada bisnis hulu saja seperti, mengkaji potensi wilayah yang bisa dibuat bendungan, dan mengerjakan studi kelayakan terkait pembangunan bendungan.

Selama ini Indra Karya sudah melakukan kajian potensi terhadap wilayah-wilayah yang bisa dibangun bendungan. Kajian tersebut sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. “Setelah melakukan kajian, biasanya kami akan naik ke studi kelayakan yang meliputi topografi, mengkaji bebatuan, tanah, dan meneliti apakah wilayah itu berpotensi gempa atau tidak,” terangnya.

Membangun bendungan, kata Milfan, memerlukan kajian yang mendalam. Pasalnya, bila terjadi kerusakan pada bendungan, maka akan berdampak besar terhadap lingkungan sekitar. “Untuk itu Indra Karya sangat berhati-hati dan teliti dalam melakukan kajian ini,” katanya.

Tak hanya menyasar industri air di hilir, Indra Karya juga akan menggali potensi bisnis di bagian tengah. Menurut Milfan, saat ini masih banyak perusahaan yang belum mengambil pasar ini. Industri air bagian tengah yang dimaksud Milfan adalah meliputi pengembalian fungsi situ dan waduk. “Dari pada membuat situ dan waduk baru, lebih baik memaksimalkan waduk dan situ yang sudah ada,” katanya.

Nantinya, waduk dan situ yang sudah menurun fungsinya, akan dimaksimalkan kembali oleh Indra Karya. “Saya mencontohkan begini, misalnya ada waduk yang tadinya bisa menampung air 100 juta meter kubik, berjalannya waktu waduk tersebut mulai menurun fungsinya dan hanya bisa menampung 60 juta meter kubik. Nah, Indra Karya bisa mengembalikan fungsi waduk itu, katakanlah menjadi 80 juta meter kubik,” jelasnya.

Selain bisa dikembalikan fungsinya, waduk dan situ tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk pariwisata. “Sebut saja pasar apung dan membangun taman di samping waduk dan situ. Dalam hal ini, Indra Karya bisa menjadi operator yang mengelola waduk dan situ tersebut. Inilah yang dimaksud bisnis di bagian tengah,” lanjutnya.

Terakhir di bagian hilir. Menurutnya, Indra Karya akan menyasar industri air minum dalam kemasan (AMDK). Caranya, Indra Karya tak akan membangun pabrik besar karena akan memakan biaya yang sangat tinggi. “Kami akan memanfaatkan titik-titik sumber air yang bisa dikelola secara maksimal,” katanya. Di situ, Indra Karya akan membangun pabrik skala kecil.

Bila produksi AMDK disebar di titik sumber air, maka kebutuhan air akan lebih mudah dan memangkas ongkos distribusi. “Saat ini kan tidak, misalnya sumber air di Bogor dan air minum tersebut dikirim ke Sumatra, maka akan memakan ongkos yang mahal,” tuturnya.

Mengenai investasi, nilai yang akan dikeluarkan di setiap titik pembuatan pabrik air bervariasi, tergantung lokasi dan besarnya wilayah. “Paling tidak investasinya mencapai Rp20 miliar sampai Rp80 miliar per titik,” tuturnya.

Untuk pabrik AMDK saat ini Indra Karya sudah membangun pabrik di Surabaya. Pembangunan pabrik tersebut berkerjasama dengan dua BUMN lainnya, anak usaha PT Pelindo II yaitu PT pelindo Energi Logistik (PEL) dan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). “Melalui sinergi BUMN ini, kami saling bahu-membahu untuk menciptakan bisnis yang lebih baik,” tutupnya.

 

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/777502/indra-karya-sasar-bisnis-air-dari-hulu-ke-hilir

BUMN Indra Karya Ekspansi Di Industri Hilir

BUMN Indra Karya yang bergerak di bidang konsultan “engineering” atau keinsinyuran, telah melakukan ekspansi di aspek industri hilir seperti dengan rencana membangun jaringan air bersih untuk kawasan industri dan memasuki bisnis air minum mineral.

“Ini agar bagaimana Indra Karya menerima penerimaan ‘recurring’ (berulang), dengan tidak hanya sebagai konsultan, tetapi juga bermain di tengah dan di hilir,” kata Dirut Indra Karya, Milfan Rantawi, dalam diskusi di Jakarta, Kamis, (22/11).

Milfan memaparkan, Indra Karya selama ini dikenal sebagai BUMN konsultan yang melakukan studi potensi dan studi kelayakan, seperti dalam pembangunan bendungan maka konsultan akan mengkaji antara lain dari sisi topologi, geografi, dan hidrologi, hingga bagaimana manfaatnya untuk pemerintah dan rakyat serta juga dari dampak lingkungannya.

Mulai dari bisnis inti konsultan yang diperluas, lanjutnya, maka BUMN tersebut juga mulai masuk ke dalam industri hilir, seperti mulai menandatangani penandatanganan MoU untuk pembangunan jaringan air bersih di sejumlah kawasan industri di beberapa daerah seperti di kawasan industri Medan dan Makassar.

Selain itu, ujar dia, pihaknya sejak tahun ini mulai masuk ke dalam industri air minum mineral dengan merek “Infresh”, dan sedang mempersiapkan pabrik produksi terkait hal itu di Surabaya, dengan berkolaborasi bersama anak usaha Pelindo III.

“Bulan Juli lalu telah di-‘launching’ (diluncurkan) produknya,” katanya dan menambahkan, untuk pabrik di Surabaya tersebut memiliki investasi sekitar Rp70 miliar.

Mengenai kinerja perusahaan, ia mengungkapkan bahwa pada semester I sudah memiliki laba sekitar 6,5 miliar, dan diperkirakan sepanjang tahun 2018 ini jumlah labanya diperkirakan bakal mencapai Rp11,2 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 lalu jumlah laba yang diperoleh adalah sekitar Rp4,3 miliar.

Sebagaimana diwartakan, BUMN diharapkan dapat meningkatkan kinerja terutama menghadapi era Industri 4.0 yang diwarnai dengan melesatnya kemajuan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan.

“BUMN dan anak usahanya harus semakin baik berkinerja sehingga berlomba-lomba untuk menjadi lebih baik, apalagi sekarang sudah menghadapi era industrialisasi,” kata Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Farida Dwi Cahyarini dalam acara BUMN Branding and Marketing Award 2018 di Jakarta, Rabu (21/11).

Menurut dia, bila dibandingkan negara tetangga, Indonesia agak tertinggal, seperti Thailand yang dinilai sudah memulai industri 4.0 sejak 2014, sedangkan pemerintah RI baru mulai membuat dan meluncurkan konsep kerangkanya pada 2018 ini. ant

Sekjen Kemenkominfo menuturkan, era industri 4.0 ditandai dengan perubahan terutama pada sisi teknologi digitalisasi sehingga hal yang perlu diubah adalah pola sisi kepemimpinannya.

“Bagaimana seorang pemimpin sekarang juga ikut dalam era industrialisasi, jangan sampai teknologinya maju tetapi kepemimpinannya dalam memimpin bukan seperti pemimpin zaman now,” paparnya.

Untuk itu, ujar dia, BUMN dan berbagai anak usahanya juga diharapkan dapat menyesuaikan dengan berbagai kemajuan teknologi yang terjadi, seperti pada saat ini digitalisasi sudah mengambil alih di banyak sektor.

Ia mengingatkan bahwa kalau pemimpin BUMN tidak mengubah “mindset” ke arah Industri 4.0, maka tentu ke depannya juga akan ketinggalan, serta peta jalan untuk ke arah industri 4.0 juga perlu rutin dicek ulang.

Sumber

Indra Karya Bidik Mengebor Tambang Freeport

PT Indra Karya (Persero) menyatakan, memiliki kemampuan mengebor tambang yang didukung oleh bisnis engineering yang digelutinya.

Oleh sebab itu, kita coba masuk PT Freeport Indonesia. Kok yang ngebor orang Amerika? Kenapa tidak kita yang mengebor?,” tutur Direktur Utama Milfan Rantawi di kantor Kementerian BUMN, Kamis (22/11).

Ia menambahkan, Indra Karya memiliki kompetensi di bidang engineering, developer air bersih, serta industri air minum. Saat ini, perseroan memiliki 88 proyek engineering di mana sekitar 60% di sektor keairan, 20% pembangkit listrik, serta 20% konstruksi.

“Komposisi terbesar penyumbang pendapatan masih bisnis konsultan sekitar 60%, 20% developer air bersih, dan 20% industri air minum dalam kemasan (AMDK),” ujarnya.

Pada semester I 2018, perseroan berhasil mengantongi laba sebesar Rp6,5 miliar dan pendapatan Rp97 miliar. Pada tahun ini, perusahaan yang bergerak di bidang konsultan diperluas ini menargetkan laba dan pendapatan masing-masing sekitar Rp11,2 miliar dan Rp165 miliar.

“Rencana perolehan tersebut meningkat signifikan dari capaian tahun sebelumnya di mana laba dan pendapatan tercatat Rp4,3 miliar dan Rp118 miliar,” tuturnya.

Sepanjang tahun ini, perseroan mencanangkan perolehan kontrak mencapai Rp426 miliar, dengan komposisi proyek luar negeri menguasai 75% dan perusahaan BUMN hanya 25%.

“Pada tahun depan, perseroan memproyeksikan pertumbuhan laba dan pendapatan sekitar 20%, dengan alokasi belanja modal sekitar Rp11 miliar di mana Rp7 miliar dialokasikan untuk membangun pabrik baru di Jakarta. Sumber belanja modal nantinya berasal dari kas internal,” urainya.

Ia menceritakan bahwa tiga tahun lalu perseroan baru lepas dari kredit macet yang berjumlah Rp12 miliar. Diperkirakan, perseroan akan mendapatkan pinjaman dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) untuk peningkatan produksi.

Sumber